Semenarik apapun debat calon presiden dikemas dan pertunjukkan, masyarakat tetap memiliki preferensi tertentu yang bisa menentukan secara signifikan tanpa diduga. Beberapa hal berikut itu kita angkat dari budaya, kebiasaan dan nilai-nilai serta pengamatan perkembangan sosial kemasyarakatan kita di bumi Indonesia:
1. Masyarakat umumnya merasa bahwa orang yang suka menyerang orang lain di muka umum, sebaiknya tidak dipilih. Ketidak adilan sangat sensitif bagi masyarakat apapun bentuknya, terutama jika lawannya tidak membela diri
Hillary Clinton mengalami kekalahan, McCain kalah dari Obama karena satu hal penting yang dilakukan di muka umum, yaitu menyerang dan melecehkan. Satu hal itu sudah cukup untuk meyakinkan masyarakat Amerika bahwa Hillary dan McCain tidak cocok jadi presiden.
2. Orang yang kelihatan high-tech belum tentu dipilih karena masyarakat bukan butuh teknologi tinggi tetapi yang berani, tulus dan memiliki strategi
Semakin canggih peralatan, bisa tanpa sadar menyanmpaikan pesan tertentu kepada masyarakat. Teknologi sama dengan kecerdasan. Tetapi orang juga tahu bahwa kecerdasan dapat menipu dan dapat digunakan untuk menipu rakyat. Orang lebih membutuhkan karakter dan ketulusan serta berpikiran luas dan panjang.
3. Orang yang menjanjikan kecepatan belum tentu dipilih karena masyarakat telah belajar bahwa keinginanan cepat biasanya berbuahkan kekeliruan yang bisa fatal
Setiap orang akan menganggukan kepala bahwa banyak hal harus diurus dengan lebih cepat. Tetapi kita juga sadar bahwa bagaimana kecepatan itu dilaksanakan, caranya dan apa yang dikorbankan, biasanya kita waspada dan hati-hati sekali. Keinginan cepat mesti dimbangin dengan perhitungan yang matang. Kesalahan fatal justru dibuat karena keputusan yang terlalu cepat.
4. Orang yang memakai teks belum tentu dipilih karena masyarakat butuh sentuhan pribadi dan langsung
Memakai teks menunjukkan banyak hal: bisa menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah disiapkan atau sebaliknya kurang yakin dan takut salah. Jika kesan terakhir yang diperoleh masyarakat, sangat sulit untuk diterima. Orang secara mengherankan bisa menerima mereka yang tulus dan mau kelihatan kurang sempurna. Keinginan datang apa adanya, berbicara apa adanya sering lebih kuat dari sebuah penyampaian tekstual.
5. Masyarakat juga tidak akan memilih orang yang menggunakan kemiskinan rakyat sebagai alat dan bukan tujuan
No comments:
Post a Comment