05 October 2009

Mengapa Alam Tak Ramah Kepada Kita ?

Pada saat ini negeri ini tak putus-putus mengalami berbagai cobaan dari alam. Banyak analisa dari berbagai disiplin ilmu dan akademisi yang mengatakan bahwa itu adalah hanya sebuah fenomena alam biasa. Atau dari kalangan rohaniawan yang menyatakan bahwa itu semua tidak terlepas dari ujian yang diberikan oleh Tuhan sebagai hukuman bagi umat manusia karena lalai dalam ketakwaan kepada-Nya. 

Semua pendapat itu betul, tidak ada yang salah. Apalagi apabila dikatakan bahwa itu merupakan ujian dan hukuman dari Tuhan, saya sangat setuju sekali. Tetapi permasalahannya adalah kapan saat yang tepat pernyataan-pernyataan itu harus terucapkan. Terkadang banyak saudara-saudara kita yang tidak sempat merasakan bangku pendidikan di sekolah tidak mengerti dengan analisa-analisa yang diungkapkan oleh para ahli atau intelektual yang mengatakan sebab-sebab terjadinya suatu bencana alam secara teoritis. Atau bahkan ada sebagian saudara-saudara kita yang tidak mengerti kenapa Tuhan memberikan hukuman yang sangat berat kepada umat manusia karena lemahnya keyakinan kepada-Nya. 

Maka dari itulah penulis tulisan ini dengan kerendahan hati yang amat sangat berusaha memahami ketidakmengertian dari saudara-saudara kita dengan mengingatkan satu sama lainnya dengan memakai bahasa yang seringan mungkin supaya kita semua tidak mengulangi kesalahan-kesalahan kita sehingga perbuatan dari segala aktifitas kita tidak mengundang bencana alam. 

Kesalahan kita yang pertama adalah Kita selalu mencari payung ketika kita sudah basah kuyup oleh hujan. Artinya bahwa ketika kita sudah menderita oleh banyaknya cobaan bencana alam yang bertubi-tubi kita baru sadar bahwa kita tidak menyiapkan antisipasi kalau bencana suatu saat akan datang. Jika kita lihat di berbagai media massa di Indonesia yang menginformasikan terjadinya bencana di suatu daerah, maka akan nampak oleh kita bagaimana susahnya pemerintah, relawan SAR untuk bisa menyelamatkan para korban. 

Hal itu terjadi terus menerus. Saya ingat rentetan bencana yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 lalu mulai dari kebakaran hutan, banjir, gempa bumi di berbagai daerah sampai sekarang ini seolah msyarakat kita tidak mempunyai kesadaran akan datangnya suatu saat bencana ke daerah mereka sendiri. Seharusnya masyarakat yang belum terkena bencana (jangan berharap dengan bencana yang akan datang di tempat kita) mempersiapkan dengan mempelajari bagaimana mencegah atau menanggulangi terjadinya bencana. 

Tetapi ada suatu daerah yang patut kita puji dengan memiliki kesadaran mempersiapkan menghadapi dan menanggulangi bencana yaitu Kota Padang. Sadar akan daerahnya rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami maka Pemerintah, masyarakat, dan semua pihak di kota Padang telah mengadakan pendidikan melalui seminar, brosur, menyelenggarakan siraman rohani, dan pelatihan mengahadapi bencana alam gempa dan tsunami. Walaupun hasilnya belum tampak, tetapi kesadaran masyarakat kota Padang tersebut perlu dicontoh oleh daerah lain di Indonesia. Memang seharusnya begitu seharusnya ada kerjasama dari seluruh warga kota yang ada di suatu daerah. Mereka mempunyai visi selain untuk kesejahteraan warganya juga mempunyai visi ketika suatau saat mereka akan jatuh tertimpa bencana alam. 

Kesalahan yang kedua adalah Kita adalah bangsa pelupa. Masih teringat oleh saya bagaimana hebohnya bencana kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 1997 lalu. Pada waktu itu kebakaran tersbut tidak hanya merugikan bangsa kita sendiri tetapi juga merugikan negara-negara tetangga di sekitar kita seperti Singapura dan Malaysia. 

Kebakaran tersbut dilakukan oleh oknum-oknum perambah hutan yang mmbakar hutan untuk kepentingan pertanian dan perladangan tetapi menggunakan cara yang instan dan tidak sesuai dengan petunjuk keamanan dan keselamatan. Akhirnya mereka membakar hutan dan dampaknya adalah terjadinya kebakaran hutan yang sangat hebat. Pada waktu itu pemerintah, masyarakat, maupun pihak asing yang membantu bekerja keras untuk memadamkan api yang bersumber dari kebakaran hutan tersebut. Singkat cerita datang musim hujan dan berhasil memadamkan kebakaran hutan. 

Tetapi setelah itu bangsa kita lupa dan tidak pernah mau mengingat kejadian yang sangat merugian itu. Serta kita tidak pernah mau belajar dari kesalahan tersbut. Akhirnya sepuluh tahun kemudian peristiwa itu kembali terjadi pada tahun 2008 yang lalu dan kembali kita tidak siap untuk menghadapi kebakaran hutan yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil manusia yang ingin mengambil keuntungan sesaat dari kebakaran hutan. Dan akhirnya kembali hujan yang memadamkan kebakaran hujan tersebut. Contoh lainnya adalah bencana alam banjir. Dalam siklus waktu lima tahunan ibukota negara kita Jakarta selalu mendapatkan ‘jatah’ kebanjiran dalam satu dasawarasa ini adalah pada tahun 1997, 2002, dan yang terakhir baru-baru ini adalah pada tahun 2007. 

Padahal teori siklus lima tahunan banjir ini sudah diketahui sejak lama. Tetapi mengapa warga Jakarta tidak pernah sadar bahwa mereka selalu mengahadapi masalah banjir. Mereka tetap saja membuang sampah di bantaran kali ciliwung, dan membangun pemukiman di sekitar bantaran kali ciliwung. Apakah mereka lupa bahwa membuang sampah di kali dapat menyumbat saluran air sungai dan memyebabkan banjir. Belum lagi pemerintah Provinsi Jakarta yang juga selalu gagal mengahadapi dan menangani bencana banjir. Dan juga pihak swastanya yang maunya mengeruk harta di Jakarta tanpa mempedulikan dampak dari apa yang mereka lakukan dengan membangun gedung-gedung di kawasan serapan air. Apa artinya ini semua ? Artinya adalah Indonesia masih menggantungkan nasibnya pada alam, sehingga membuat kita tidak pernah berpikir dewasa dalam menghadapi masalah.sudah seharusnya saat ini kita mau untuk belajar menangani masalah kita sendiri dengan belajar dari sejarah dan pengalaman. Jangan sampai membuat kita mendapat malu dari negara-negara tetangga yang marah karena ulah kita sendiri. 

Kesalahan ketiga adalah Kita tidak menghormati alam. Ya, sampai sekarang ini kita tidak pernah menghormati alam. Kita selalu merendahkan, meremehkan dan melecehkan alam. Hari-hari kita habiskan waktu untuk mengotori alam. Buktinya adalah kita masih membuang sampah di sungai, kita membuang puntung rokok di sembarang tempat, kita membangun bangunan dengan tidak memperhatikan Amdal, demi keuntungan sesaat kita telah mengorbankan harapan cucu-cucu kita untuk dapat menikmati warisan alam yang baik dari kita. 

Itu semua karena kita tidak mempunyai pemikiran yang dalam dan penglihatan yang jauh. Kita berpikir hanya apa yang menurut kita nampak. Sehingga alam yang seharusnya kita pelihara dan kita sayang malah menunjukkan kemurkaannya dengan mengeluarkan bencana alam. Gempa bumi, longsor, banjir, dan lain-lainnnya. 

Sudah saatnya bagi kita untuk kembali mengingat kembali kesalahan-kesalahan kita semua yang telah banyak melakukan kegiatan yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah membuat alam marah dengan menunjukkan kemurkaannya. Kita harus selalu siap siaga dalam mengahadapai bencana alam yang suatu saat akan menimpa kita dengan cara kita mencegah sebisa mungkin perbuatan-perbuatan yang bisa membuat alam marah pada kita seperti merusak, mengotori, dan menodai alam. Dan kita harus mempersiapkan hal-hal yang perlu kita lakukan apabila memang benar-benar bencana alam terjadi di sekitar kita dengan bekerja sama dengan selurauh pihak daearah baik itu pemerintah dengan menyiapkan UU penanggulangan bencana, pihak swasta dengan dukungan fasilitasnya, dan kita sendiri untuk mau menjadi tenaga-tenaga siap pakai yang akan diterjunkan ke daerah bencana. 

Selain itu kita kembali mau belajar dari pengalaman dengan daerah-daerah yang sudah pernah tertimpa bencana sehingga kita bisa mengantisipasi dan mencegah. Dan kita pun harus serta merta menghormati alam ini selayaknya alam adalah orangtua kita sendiri ataupun kita harus merasa alam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa dan raga kita. Sehingga kita pun akan merawat alam seolah kita merawat diri kita sendiri. Dengan begitu mungkin saja alam Indonesia yang sekarang ini sedang murka kepada bangsa Indonesia kembali menujukkan keramahannya kepada kita sehingga kita dapat mengolah sumber daya alam ini dengan baik dan kita dapat saling bekerja sama dengan alam karena alam adalah guru bagi kita Sehingga kita bisa hidup dengan aman, damai, tentram dan akan tercipta masyarakat yang madani dan penuh dengan kesejahteraan. 

Terakhir, semua kejadian yang terjadi di alam ini pun atas seizin-Nya. Oleh karena itu jangan sampai kita melupakan siapa yang mendatangkan dan menghentikan bencana. Berusahalah sesuai dengan keyakinan kita masing-masing untuk dapat menyenangkan Tuhan Penguasa seluruh alam. Dengan begitu kita berharap Tuhan selalu memberikan kekuatan pada kita dan perlindungan dari segala marabahaya yang suatu saat bisa menimpa kita. Sebab hanya Dia lah yang menentukan segala sesuatu di dunia. 

No comments:

Post a Comment