Amazon Product Previews

3 Jurus Ampuh Menghasilkan Uang Melimpah Dari Internet

Welcome


RockYou FXText

WELCOME TO MY BLOGSPOT

Hi, welcome and thank you for visit my blogspot

Website Statistic

I love u



RockYou FXText

17 September 2009

DALIL PUASA SUNNAT ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Rasulullah s.a.w. bersabda : 
“Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.”

Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadits no: 1164 (Kitab al-Siyam, Bab disunnatkan berpuasa enam hari dari bulan Syawal)

DERAJAT HADIST PUASA SUNNAT ENAM HARI SYAWAL.

Hadits yang menjadi dalil puasa sunnat enam hari di bulan Syawal adalah shahih sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya.

Ada segelintir orang yang meragukan keshahihan hadits ini. Keraguan tersebut adalah sia-sia karena hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat dan memiliki banyak jalan periwayatan. Syaikh Abdullah bin Abdul Rahman al-Bassam menjelaskan:
"Hadits ini nyata keshahihannya, ia datang dengan tiga jalan periwayatan selain jalan di atas (yang dikemukakan oleh Imam Muslim). 

HUKUM PUASA SUNNAT ENAM HARI SYAWAL

Hukumnya adalah sunnat sebagaimana jelas Syaikh Abdullah al-Bassam: "Disunnatkan berpuasa enam hari (dibulan Syawal), ini merupakan mazhab al-Salaf dan al-Khalaf serta jumhur ulama, termasuklah Imam Abu Hanifah, Imam al-Syafi'e dan Imam Ahmad." [Taudhihal-Ahkam,jld.3,ms.533]

KAPANKAH DIMULAI PUASA SUNNAT ENAM HARI SYAWAL?

Puasa sunnat enam Syawal paling awal dimulakan pada 2 Syawal. Ini karena tanggal 1 Syawal adalah hari idul Fitri dan kita dilarang berpuasa pada hari tersebut. Abu Sa`id al-Khudri berkata: "Nabi s.a.w. melarang puasa pada hari idul Fitri dan idul Adha." 
[Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadits no: 1991 (Kitab al-Shaum, Bab berpuasa pada hari Aidil Fitri).]

BAGAIMANA MELAKSANAKAN PUASA SUNNAT ENAM SYAWAL?

Syarat dan adab bagi puasa sunnat enam hari dibulan Syawal sama seperti puasa wajib pada bulan Ramadhan. Hanya saja ia boleh dilakukan dengan tidak berurutan atau terus menerus asalkan jumlahnya enam hari sebelum berakhirnya bulan Syawal. 

Karena Rasulullah s.a.w. menganjurkan puasa sunnat enam hari ini secara umum tanpa memberi ketentuan hari-harinya sehingga dipahami bahwa puasa enam tersebut boleh dilaksanakan pada hari mana saja asalkan masih dalam bulan Syawal .

Akan tetapi lebih afdhal disegerakan pelaksanaan puasa enam Syawal berdasarkan keumuman firman Allah s.w.t.: "Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (ke arah mendapatkan) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa."
[Surah Ali Imran 3:133]

TIDAK ADA HARI RAYA SELEPAS PUASA SUNNAT ENAM HARI SYAWAL

Sebahagian orang ada yang menyambut Hari Raya pada 1 Syawal dengan perasaan hambar dan kekosongan. Bagi mereka, Hari Raya yang memiliki arti sambutan dan kegembiraan sepenuhnya ialah pada hari selepas mereka menggenapkan puasa sunnat enam Syawal. Ini adalah satu BID’AH yang mungkar. Hari perayaan keagamaan dalam Islam hanya dua :

1. Hari Raya Idul Fitri dan
2. Hari Raya Idul Adha.

Dua hari ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat manusia tetapi disyari`atkan oleh Tuhan yang mencipta manusia, yakni Allah s.w.t.. 

Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mengantikan untuk kalian dua perayaan yang lebih baik dari perayaan (zaman jahiliyah),yaitu Hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri." Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadits no: 1134 (Kitab al-Shalat, Bab shalat dua hari raya)

Oleh itu hari perayaan keagamaan dalam Islam hanya dua, hanya pada dua hari inilah kita menyambut dengan penuh kegembiraan kerana ia disyariatkan oleh Allah s.w.t.. Tidak ada hari perayaan setelah genapnya puasa sunnat enam hari dibulan Syawal.

Melaksanakan Puasa Sunnat Enam Syawal Sebelum Mengqadha Puasa Ramadhan.

Ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama, dibolehkan berpuasa sunnat enam Syawal jika seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan yang belum diqadhanya? 

PENDAPAT PERTAMA: 

Membolehkannya berdasarkan dalil bahwa Aisyah radhiallahu 'anha pernah mengakhirkan hutang puasa Ramadhan yang perlu diqadhanya hingga ke bulan Sya'ban yang akan datang.

Aisyah berkata: "Aku memiliki hutang puasa bulan Ramadhan. Aku tidak mampu mengqadhanya kecuali pada bulan Sya'ban karena sibuk (melayani) Rasulullah s.a.w.."

[Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadits no: 1146 (Kitab al-Siyam, Bab mengqadha puasa Ramadhan pada bulan Syawal).

Dalam Shahih al-Bukhari, hadits no: 1950, penjelasan "karena sibuk melayani Rasulullah" ialah penjelasan salah seorang perawi hadits yang bernama Yahya bin Sa`id.

Para ilmuan yang mengemukakan pendapat pertama mengambil kesimpulan bahwa tidak mungkin isteri Rasulullah, yakni Aisyah, tidak melaksanakan puasa sunnat enam Syawal. Pasti beliau melaksanakannya dan tindakan beliau yang mengqadha puasa Ramadhan pada bulan Sya'ban menunjukkan dibolehkan berpuasa sunnat enam Syawal sekali pun seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan. Juga karena mengqadha puasa merupakan wajib muwassa' yaitu suatu kewajiban yang boleh dilakukan dalam waktu yang luas dan tidak harus segera dikerjakan.

PENDAPAT KEDUA:

Tidak boleh puasa syawal sebelum mengqadha puasa ramadhan. Hal ini berdasarkan hadits yang menganjurkan puasa sunnat enam Syawal setelah melakukan puasa ramadhan.

Hadits tersebut berbunyi: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dia mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal maka itu seperti berpuasa sepanjang tahun."

Rasulullah s.a.w. mensyaratkan "berpuasa Ramadhan" terlebih dahulu, kemudian barulah "mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal". Ini menunjukkan puasa sunnat enam Syawal hanya dilaksanakan sesudah seseorang itu menggenapkan puasa Ramadhannya. Jika ada puasa Ramadhan ditinggalkan, ia perlu diqadha terlebih dahulu. Kemudian barulah diiringi dengan puasa sunnat enam Syawal.

PENDAPAT YANG KUAT ialah pendapat PERTAMA karena alasan mereka yang cukup kuat, hanya saja sebaiknya seseorang segera membayar hutangnya sehingga ia segera terbebas dari kewajiban yang dipikulnya.

Semoga bermanfaat

No comments: