Amazon Product Previews

3 Jurus Ampuh Menghasilkan Uang Melimpah Dari Internet

Welcome


RockYou FXText

WELCOME TO MY BLOGSPOT

Hi, welcome and thank you for visit my blogspot

Website Statistic

I love u



RockYou FXText

27 November 2009

How to Make Long Distance Relationship

Between juggling schedules to challenges in communication, anyone who's ever been in a long-distance relationship can certainly tell you how hard it can be to make a long-distance relationship work. 

I really don't think anyone — at least not any woman and man — intends to end up in a long-distance relationship, but sometimes it just happens. You fall in love with him in town, then he movesout of town. Or you meet him at a military installation, and suddenly one of you gets shipped out. Or maybe you hooked up with a scrumptious man while vacationing, but who can afford to fly to overseas every weekend?

It is an understandably difficult commitment to honor if you and your sweetheart decide to keep the relationship going while you are apart. Difficult but not impossible.

Love Across the Miles

I must admit that I have had a few such relationships and not all of them turned out well. But through those experiences I have found that there are keys to keeping the romance alive, if both parties are willing and determined to make it work. Keep in mind that the length of time you had to get to know the person before you were separated will have a lot to do with how successful your long-distance romance will be.

  • Define Your Relationship
    One of the first things you should do with your long-distance sweetheart is to agree on what the relationship will be going forward: Are you going to be just friends? Intimately connected when it's convenient? Or does this have the makings of a real and solid love affair? Determining limits is of the utmost importance, because as things get difficult, it will help ground the two of you if you know the boundaries of your relationship. It will also help avoid heartache later because you will both know where you stand.

  • Be Honest
    This is very important, and I don't just mean disclosing the superficial things (like where he was when you called and he didn't answer). You must be willing to discuss more sensitive issues, too, like your sex life. If this relationship is to really hold its ground, talking openly and honestly about your sexual needs is one of the biggest keys to success. Generally speaking, communicating openly with your partner about your sex life will allow you to find out if the other person is truly committed to you physically as well as personally. It is not an easy subject to broach, but it can be very revealing in terms of how much the two of you are willing to disclose for the sake of your love. (The only exception I would make to this regards the military: When you or your love is overseas, or fighting in a war, this kind of honesty may be way too much to handle and would be best left to discuss at a more opportune time. Encouragement would be the order of the day until you or he returns home.)

  • Exercise Patience
    Boy, is this one tough! I personally am not a patient man, and one of the pitfalls for me in long-distance relationships has been the waiting. I recommend that you find things to do here at home to occupy your time. If your career or your children do not keep you busy enough, get involved in some volunteer work or maybe go back to school. The key is to avoid weighing down your long-distance conversations with whining or unrealistic demands, solely because you are bored or missing the other person.

  • Give Encouragement
    This one is so important. I am currently in a wonderful long-distance relationship, and this aspect of it has made it so much more special. I make it a habit to always ask how things are going — with school, work or family — and then proceed to encourage him in those areas where he is especially talented. For instance, he spent some time playing basketball and talking to his son the other day and I was so proud of him because, as a single parent, he is determined to keep the lines of communication open with his teenager. I let him know that and he appreciates it. He also helps me. I am currently trying to prepare for an algebra exam — I am horrible at math — and he is very good at it, so it makes him feel good to be able to assist me. We just do the problems over the phone. Encouragement, assistance and praise work well over email, too. It's also a good idea to "smile over the phone" as much as possible. A good mood from you on days when your partner may be feeling especially needy can make both of you feel better.

If you follow this advice, you will be on the road to making your long-distance relationship last. Even better, it may end someday with the two of you finally in the same place, having learned so much more about each other simply because you had to put in a bit more effort.

Hari Raya Kurban Idul Adha

Qurban adalah penyembelihan hewan ternak yang dilaksanakan atas perintah Allah pada hari-hari raya Idul Adha. 
• Definisi 
Dalam bahasa Arab, Udhhiyyah. Idhhiyyah, Dhahiyyah, Dhihiyyah, Adhhat, Idhhat dan Dhahiyyah, berarti hewan yang disembelih dengan tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah pada hari Idul Adha sampai akhir hari-hari tasyriq, kata-kata tersebut diambil dari kata dhhahwah. Disebut demikian karena awal waktu pelaksanaan yaitu dhuha. (Lisanul Arab 19:211, Mu’jam Al-Wasith 1:537) 
• Hukum Berqurban 
Allah subhanahu wata'aala mensyariatkan berqurban dalam firman-Nya, 

"Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah." (Al-Kautsar: 2), 
"Dan kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah." (Al-Hajj: 36). 
Hukum qurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alahi wasallam berqurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Hadits Muttafaq 'Alaih] 
Adapun orang yang menghukumi wajib dengan dasar hadits, "Siapa yang memiliki kemampuan namun tidak berqurban, maka jangan sekali-kali mendekati masjidku." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). 
Hadits ini derajatnya dha’if (lemah) dan tidak bisa dijadikan hujjah, karena ada perawinya yang dha’if yaitu Abdullah bin Iyasy sebagaimana diterangkan oleh Abu Daud, An-Nasa’i dan Ibnu Hazm (Ibnu Majah 2: 1044, Al-Muhalla 8:7). 
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, "Andaikata berqurban itu wajib, maka tidaklah cukup bagi satu rumah kecuali setiap orang mengurbankan seekor kambing atau setiap tujuh orang mengorbankan seekor sapi, akan tetapi karena hukumnya tidak wajib maka cukuplah bagi seorang yang mau berqurban untuk menyebutkan nama keluarga pada qurbannya. Dan jika tidak menyebutkannya tidak berarti meninggalkan kewajiban." (Al-Umm 2: 189). 
Para sahabat kami berkata, "Andaikan qurban itu wajib maka (kewajiban itu) tidak gugur meskipun waktunya telah lewat, kecuali dengan diganti (ditebus) seperti shalat berjamaah dan kewajiban lainnya. Para ulama madzhab Hanafi juga sepakat dengan kami (madzhab Syafi’i) bahwa qurban hukumnya tidak wajib." (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab: 8: 301) 
• Hewan yang diqurbankan 
Hewan yang akan diqurbankan hendaklah diperhatikan umurnya, yaitu: Unta 5 tahun, sapi 2 tahun, kambing 1 tahun atau hampir 1 tahun. Ulama madzhab Maliki dan Hanafi membolehkan kambing yang telah berumur 6 bulan asal gemuk dan sehat (Al-Mughni: 9:439, Ahkamu Adz-Dzabaih oleh Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris: 132). 
Hewan yang diqurbankan adalah unta, sapi dan kambing karena firman Allah, 

"Supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka." (Al-Hajj: 34) 

• Hewan itu harus sehat tidak memiliki cacat, sebab Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Empat cacat yang tidak mencukupi dalam berqurban: Buta yang jelas, sakit yang nyata, pincang yang sampai kelihatan tulang rusuknya dan lumpuh/kurus yang tidak kunjung sembuh." (HR.At-Tirmidzi) 
• Waktu Penyembelihan 
Setelah shalat Idul Adha usai, maka penyembelihan baru diizinkan dan berakhir saat tenggelam matahari hari tasyriq (13 Dzulhijjah) {Ibnu Katsir, 3/301}, karena Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,

"Siapa yang menyembelih sebelum shalat (Ied) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan siapa menyembelih setelah shalat maka sungguh dia telah menyempurnakan qurbannya dan sesuai dengan sunnah kaum muslimin." (HR Al-Bukhari dan Muslim). 
• Anjuran (Sunnah) Dalam Berqurban: 
Menajamkan pisau, Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu, maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih sembelihlah dengan cara yang baik, haruslah seseorang mengasah mata pedangnya dan membuat nyaman hewan sembelihannya."(HR. Al-Jamaah kecuali Al-Bukhari). 
Menyembunyikan pisau dari pandangan binatang, Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam menyuruh agar mempertajam pisau dan menyembunyikan dari pandangan hewan (yang akan disembelih). 
Tidak membaringkan hewan sebelum siap alat dan sebagainya. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menceritakan bahwa seseorang membaringkan kambing sedang dia masih mengasah pedangnya, maka Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda, : "Apakah anda akan membunuhnya berkali-kali? Mengapa tidak anda asah pedang anda sebelum anda membaringkannya." (HR. Al-Hakim). 
Menjauhkan atau menutupi penyembelihan dari hewan-hewan yang lain, sebab hal ini termasuk menyakiti dan menjauhkan rahmat. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah memukul orang yang melakukannya. (Mughni Al-Muhtaj: 4/272) 
Memberi minum atau memperlakukan binatang qurban dengan sebaik-baiknya. (Al-Halal wal Haram: 58) 
• Penyembelihan Qurban 
Disunnahkan bagi yang bisa menyembelih agar menyembelih sendiri. Adapun do’a yang dibaca saat menyembelih adalah: 

"Ya Allah ini dari … (sebut nama orang yang berqurban atau yang berwasiat), bismillah wallahu akbar." 
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam ketika menyembelih qurban seekor kambing, beliau membaca: 

"Bismillah wallahu Akbar, Ya Allah ini dariku dan dari orang yang tidak bisa berqurban dari umatku." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi). 
Sedang orang yang tidak bisa menyembelih sendiri hendaklah menyaksikan dan menghadirinya. 
• Pembagian Qurban 
Allah subhanahu wata'aala berfirman, 

"Maka makanlah sebagiannya (dan sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang sengsara lagi fakir." (Al-Hajj: 28) 

"Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta." (Al-Hajj: 36). 
Sebagian kaum salaf lebih menyukai membagi qurban menjadi tiga bagian: Sepertiga untuk diri sendiri, sepertiga untuk hadiah orang-orang mampu dan sepertiga lagi shadaqah untuk fuqara. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/300). 
• Anjuran bagi orang yang berqurban 
Bila seseorang ingin berqurban dan memasuki bulan Dzulhijjah maka baginya agar tidak memotong/mengambil rambut, kuku atau kulitnya sampai dia menyembelih hewannya. Dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berqurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya." Dalam riwayat lain: "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berqurban." 
Hal ini, mungkin untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan qurbannya. 
Firman Allah subhanahu wata'aala, 

"...dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum qurban sampai di tempat penyembelihannya ..." [Al-Baqarah: 196]. 
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk isteri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berqurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok. 
Jika seseorang niat berqurban pada pertengahan hari-hari sepuluh itu maka dia menahan hal itu sejak saat niatnya, dan dia tidak berdosa terhadap hal-hal yang terjadi pada saat-saat sebelum niat. 
Bagi anggota keluarga orang yang akan berqurban tersebut dibolehkan memotong rambut dari tubuh, kuku atau kulit mereka (sebab larangan ini hanya ditujukan bagi yang berqurban), sehingga bila ada kepentingan kesehatan maka boleh memotong.

HIKMAH QURBAN 
• Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim alaihis salam yang taat dan tegar melaksanakan qurban atas perintah Allah meskipun harus kehilangan putra satu-satunya yang didambakan (QS. Ash-Shaff: 102-107) 
• Menegakkan syiar Dinul Islam dengan merayakan Idul Adha secara bersamaan dan tolong menolong dalam kebaikan (QS. 22: 36) 
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum dan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla." (HR. Muslim dalam Mukhtashar No. 623) 
• Bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, maka mengalirkan darah hewan qurban ini termasuk syukur dan ketaatan dengan satu bentuk taqarrub yang khusus. Allah subhanahu wata'aala berfirman, 

"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Ilahmu ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al-Hajj: 34) 

• Di hari-hari itu juga sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih, kebaikan dan kemasyarakatan, seperti bersilaturahmi, berkunjung sanak kerabat, menjaga diri dari rasa iri, dengki, kesal maupun amarah, hendaklah menjaga kebersihan hati, menyantuni fakir miskin, anak yatim, orang-orang yang terlilit kekurangan dan kesulitan. 
Namun bagi orang yang akan berkurban tidak harus meniru orang yang sedang ihram sampai tidak memakai minyak wangi, bersetubuh, bercumbu (suami istri), melangsungkan akad nikah, berburu binatang dll. Sebab yang demikian itu tidak ada tuntunan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun hendaklah kita menegakkan syiar agama Allah ini dengan amal shalih, amar ma’ruf dan nahi munkar dengan cara yang penuh hikmah, hendaklah setiap kita menggunakan kemampuan, keahlian, kedudukan dan segala nikmat Allah dengan sesungguhnya sebagai realisasi bersyukur dalam menegakkan ajaran dan syiar Dienullah Islam.
Semoga Allah subhanahu wata'aala senantiasa membimbing kita kepada cinta dan keridhaan-Nya. Amin. 
(Ahkamudz Dzaba’ih, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris & Min Ahkamil Udhiyyah, Syaikh Al-Utsaimin).